Senin, 30 Juni 2014

Hei, kamu yang masa lalu



          


         
Hei, kamu masa laluku
          Hei, kamu yang menyakitiku
          Hei, kamu yang melukaiku
          Hei, kamu yang menyebalkan

          Katamu kau tak bisa hidup tanpaku
          Katamu kau mati rasa tanpaku
          Katamu kau takkan bisa bernapas tanpaku
          Katamu kau takkan pernah menggantikanku dengan yang lain

          Hei, kamu yang pernah menjadi masa laluku
          Hei, kamu yang pernah memberi setangkai mawar berduri
          Hei, kamu yang pernah mengulurkan jemari indahmu padaku
          Hei, kamu yang pernah masuk dalam relung hatiku
          


          Katamu kau mati tanpaku
          Ah, yang benar?
          Katamu kau lagi-lagi mati tanpaku
          Lah, yang ku lihat tadi siapa?

          Hei, kamu yang menjadi masa laluku
          Ku lihat kau menyimpan senyum yang lain
          Pada wanita yang kau simpan di hari kemarin
          Menjadi teman yang kau iringi saat ini

          Hei, kamu yang menjadi masa laluku
          Aku bosan dengan cuap-cuap kalimat tak menentumu


Pergilah

Harus berapa kalikah aku memberontakmu?
Harus berapa kalikah aku mengataimu?
Harus berapa kalikah aku mengatakan aku membencimu?
Dan harus berapa kali lagikah?

Jika aku tidak menginginkanmu
Jika aku tidak menyukaimu
Jika aku malah biasa saja terhadapmu
Dan jika aku,

Harus berapa kalikah aku menghinamu?
Harus berapa kalikah aku mengataimu?
Harus berapa kalikah aku mengatakan aku tidak ada rasa padamu?
Harus berapa kalikah?

Jika aku sama sekali tidak memiliki apa yang kau harapkan
Jika aku sama sekali tidak inginkan dirimu
Jika sebenarnya kita hanya masa lalu
Dan jika kita,

Harus berapa kalikah?
Kalau aku takkan pernah mengizinkanmu mengusik hidupku yang tenang
Harus berapa kalikah?
Kalau aku takkan pernah mengizinkanmu mengusik hidupku yang damai

Pergilah menjauh,
Pergilah lebih jauh,
Pergilah dari hidupku
Pergilah semampu yang kau mau

Aku sudah bahagia sekarang
Aku sudah bahagia dengan yang sekarang
Aku sudah bahagia
Dan pergilah

Add caption

Cuap-Cuap Masa Lalu



         
Ini sudah tanggal 30 Juni 2014, akhir bulan. Aku tidak ingin berkata-kata yang lebih memuji ataupun menyakitkan. Aku hanya ingin bertrimakasih pada semua yang menjadi bagian hidupku. Aku juga ingin bertrimakasih pada bagian dari masalaluku. Pada mereka yang slalu memujiku, pada mereka yang slalu memojokkanku dan pada mereka yang mungkin menghinaku serta slalu memberi senyum terhangat buatku. Aku slalu mendo’akanmu siapapun itu. Baik disana, disini atau entah di negri mana. Berharap semuanya akan baik-baik saja.

          Aku tidak ingin terlalu banyak mengoceh—berkomentar tentang apapun. Yang jelas aku hanya ingin mengatakan bahwa sampai saat ini aku baik dalam keadaan apapun. Aku masih seperti dulu-- (sambil menyanyi) yang slalu dan harus berani menghadapi kerasnya dunia ini. Aku bahagia menjadi diriku sendiri, tanpa harus mengikut sertakan siapapun diantara siapa saja. Ah, aku bukannya makhluk yang tidak membutuhkan orang lain dalam arti bukan tidak bersosialisasi toh pada kenyataan jika mengikutkan yang lain hidupku malah sedikit rumit dan jadi berantakan. Aku lebih baik menjadi yang sekarang saja. Aku bahagia.

          Trimakasih pada kamu yang pernah menyakitiku.
          Trimakasih pada kamu yang pernah menghinaku.
          Trimakasih pada kamu yang pernah melukaiku.
          Trimakasih pada kamu yang pernah merayuku.
          Trimakasih pada kamu yang pernah memberi tawa padaku.
          Trimakasih pada kamu yang pernah mengukir senyum tulus padaku.
          Trimakasih pada kamu yang pernah memberi sentuhan yang berwarna.
          Trimakasih untuk semuanya.
         
          Denganmu aku bisa belajar menjadi sosok yang tegar. Denganmu aku bisa belajar mandiri. Denganmu aku bisa belajar lebih dewasa lagi. Denganmu aku belajar menjadi yang sesungguhnya siapakah aku ini. Denganmu aku bisa mengawali hari-hari abuku dengan warna keemasan disana. Denganmu semuanya menjadi lebih berarti.

          Dan aku bisa mengenal diriku, siapakah aku ini.



           

Senin, 23 Juni 2014

Sepertengah Malam





Ini sudah jam berapakah?
Dini harikah?
Namun kelopak mataku masih tetap ingin terjaga
Seperti sebuah sirinai yang menjalar kedalamnya

Ini sudah jam berapakah?
Pagikah?
Namun mengapa aku masih tetap terjaga?
Seperti sebuah suara memanggil namaku
Lantang namun merdu

Aku ingin terlelap
Aku ingin tidur pulas
Namun tetap tak bisa
Aku masih tetap terbangun dengan hal yang sama

Nada dan ketukan yang sama seperti datang menyapa
Kemarilah,
Datanglah,
Kita menari menyongsong malam yang gulita
Tanpa mengizinkan yang lain terjaga



Sudah jam berapakah ini?
Aku masih tetap melakukan hal yang sama
Menatap jendela kamar
Terpatri,
Mempesona bak alunan panggilan yang tak kunjung habisnya
Kemarilah,
Datanglah
Kita lalui malam sebelum purnama hilang

Lalu tanpa sadar aku meraihmu dan kita menari disepertengah malam
Indah,
Dalam lantunan yang tak kunjung hilang