Selasa, 18 November 2014

Dia Lebih Dari Indah





            Di sana, jauh di dalam gumpalan awan yang memutih. Jauh dari warna pelangi dan jauh dari sederetan guyuran hujan. Terekam namamu yang mengelilingi fikiranku. Berputar-putar dalam benakku. Serta memanggil-manggil namaku. Kamu... ya, kamu yang slalu membentak dalam sanubariku. Melebihi derasnya anomali air yang slalu setia pada panasnya mentari. Tidak... kamu malah melebihinya. Bahkan melebihi indahnya purnama ketika malam menyunggingkan senyumnya. Menoreh bingkisan putih tepat di hadapanku. Dan tanpa sadar aku menulis namamu di dinding kaca tepat dihadapanku. Sebuah nama yang berhasil membolak-balikkan hatiku. Sebuah nama yang berhasil menjatuhkan butiran-butiran rindu di penghujung malamku. Sebuah nama yang aku sendiri tanpa sadar slalu menyebutnya.

            Dia...
            Indahnya melebihi lintasan pelangi setiap hujan. Hujan yang mengguyurkan perasaan yang tenang dan tentram setiap saatnya. Ah... tak perlu kukatakan lagi tentang dia, tentang dia yang nanti kau, kalian bahkan aku sendiri tak bisa membayangkannya. Hanya saja aku bisa merasakan sosoknya yang benar-benar ada dan nyata tepat dihadapanku. Melengkungkan senyumnya yang merona melebihi lukisan kanvas di senja yang tak berwarna.

            Aku merindukannya...
            Ah, aku terlalu merindukan sosoknya yang di sana. Terlalu merindukan sosoknya yang menjadi pelabuhan kehampaanku. Aku terlalu menrindukannya...
Merindukannya dengan sosok kesederhanaannya.


Jakarta, 18 Nov’14

            

Tidak ada komentar: