Kekasihku...
Tidakkah kau rasakan basah tanah di tempatmu karna
gerimis hujan sore ini? Membawa sejuta percikan rindu yang kukayuh bersama
dermaga biru. Di sana, di sudut kota yang penuh dengan para pecundang serta
musisi jalanan.
Kekasihku...
Tidakkah kau rasakan kerasnya angin di sore ini?
Saling berebut mencari tempat tuk menghampiri. Menyampaikan kisah rindu yang
kusimpan rapat di dadaku. Beserta gerakan irama bersambut siulan angin malam.
Kemarilah... kita dawaikan angin yang mulai menepi di penghujung senja. Akan
kuajari kau bagaimana namanya bercinta dengan ritma.
Kekasihku...
Tidakkah kau rasakan siulan merpati di kotamu?
Nadanya pelan menghantarkan melodi di ujung cerita rindu. Kukatakan aku
merinduimu tanpa sebab musabab yang dikatakan orang percuma. Tapi, taukah kau
kekasihku? Di antara sore yang beranjak malam serta berganti pagi ada sebuah
cerita yang diam-diam kusembunyikan sebelum fajar menghampiri. Kukutipkan di
secarik kertas di atas kanvas hidupku. Di dalam setiap munajat do’aku, kupinta pada
Tuhan agar kelak kau membawaku pada tempat yang di sebut sebagai singgasana
mahligai indah. Kelak, di sana kita akan bebas terbang serupa pasangan merpati
yang bergurau sepanjang hari.
Kekasihku...
Sore ini, dengan aroma tubuh bumi yang di basahi angin
serta sisa hujan tadi. Ku do’akan dirimu menjadi pertama dalam dekapan hidupku.
Menjadi sosok pemberi semangat setiap kala kuterjatuh. Semoga Tuhan slalu
melindungimu dalam hari.
Aku dan sejuta rindu di kota padat kini menantimu. I miss you :)
Jakarta, 23 Mar’15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar