Selasa, 24 Maret 2015

Kekasihku




Kekasihku...
Tidakkah kau rasakan basah tanah di tempatmu karna gerimis hujan sore ini? Membawa sejuta percikan rindu yang kukayuh bersama dermaga biru. Di sana, di sudut kota yang penuh dengan para pecundang serta musisi jalanan.

Kekasihku...
Tidakkah kau rasakan kerasnya angin di sore ini? Saling berebut mencari tempat tuk menghampiri. Menyampaikan kisah rindu yang kusimpan rapat di dadaku. Beserta gerakan irama bersambut siulan angin malam. Kemarilah... kita dawaikan angin yang mulai menepi di penghujung senja. Akan kuajari kau bagaimana namanya bercinta dengan ritma.

Kekasihku...

Tidakkah kau rasakan siulan merpati di kotamu? Nadanya pelan menghantarkan melodi di ujung cerita rindu. Kukatakan aku merinduimu tanpa sebab musabab yang dikatakan orang percuma. Tapi, taukah kau kekasihku? Di antara sore yang beranjak malam serta berganti pagi ada sebuah cerita yang diam-diam kusembunyikan sebelum fajar menghampiri. Kukutipkan di secarik kertas di atas kanvas hidupku. Di dalam setiap munajat do’aku, kupinta pada Tuhan agar kelak kau membawaku pada tempat yang di sebut sebagai singgasana mahligai indah. Kelak, di sana kita akan bebas terbang serupa pasangan merpati yang bergurau sepanjang hari.

Kekasihku...
Sore ini, dengan aroma tubuh bumi yang di basahi angin serta sisa hujan tadi. Ku do’akan dirimu menjadi pertama dalam dekapan hidupku. Menjadi sosok pemberi semangat setiap kala kuterjatuh. Semoga Tuhan slalu melindungimu dalam hari.

Aku dan sejuta rindu di kota padat kini menantimu. I miss you :)




Jakarta, 23 Mar’15


Tidak ada komentar: