Rabu, 07 Oktober 2015

Sebulan lalu




Tepat sebulan yang lalu. Di sini, di tempat kita melabuhkan rindu bersama senja kelabu juga sorot lampu rumahan. Kau mengajariku apa itu rindu yang membisu. Bersama dingin serta gelapnya malam kau tunjukkan padaku wibawamu. Aku mengaung laksana singa kelaparan. Menerkam, memangsa, menggigit apa saja. Lalu selang beberapa detik kemudian berubah menjadi lembut bak miau yang di elus sang empu. Aku menggeliat manja di rebahmu.

Taukah kau apa yang berkecambuk di dadaku kala itu? Bagaimana mungkin kau berani merenggut milikku? Katamu, kau akan menjaga seutuh cintamu padaku. Sekarang, semuanya hilang. Tak ada yang bisa kusesalkan. Terkecuali sisa airmata yang tak bisa kembali.

Aku mencintaimu...
Bisakah kau lihat dari mata coklatku? Ketika kau redupkan pandangmu padaku. Ketika kau tuntun tanganku kepangkuanmu. Ketika kau rangkul aku kepelukanmu. Ketika apa yang kau pinta aku mau. Aku tak menyesal dengan yang berlalu. Ya, tak pernah. Hanya saja terkadang imajinasi itu merengkuh sebagian dari memoriku. Aku takut dan terlalu takut.

Kasih...
Bisakah kau datang padaku. Menggengam jemariku, memelukku hangat dalam pelukanmu. Lalu berbisik sendu.

"Percayalah, dua tahun bukanlah waktu yang lama untuk menunggu. Setelah itu, aku akan datangi dua orangtuamu untuk mengikrarkan sumpah setiaku. Berjanji menjadi suami serta sosok ayah yang setia untuk anak-anak kita nanti."

Kepadamu, aku rindu.




Ciputat, 08/10/2015 (12:27)

Tidak ada komentar: