Jumat, 07 Agustus 2015

Dan. Lagi



Jadi?
Beginikah namanya resah?
Saat masalah membuncah
Teman yang mana yang bisa datangkan pundak serta tangan

Jadi?
Beginikah namanya lelah?
Ketika otak buntu dengan beban
Teman yang mana yang bisa datang menenangkan

Tak ada ...
Dan aku lebih memilih diam
Memendam semua yang terselubung di dada
Yang menekan-nekan sukma

Kupendam. Lagi
Bukan tak ingin bicara
Hanya saja ucapku akan menghambat semua
Maka diamkan semua cara yang indah

Meski sakit
Sakit sekali
Seperti menguliti ari
Mengorek-ngorek hati

Mana?
Mana mereka yang ingin mendengar?
Aku ingin bercerita sebentar saja
Agar lelahku bisa menghilang meski sedikit

Tak ada ...
Dan tak pernah ada
Hingga kupendam dalam sukma
Membengkak lama-lama

Bukan ku tak percaya Tuhan
Terkadang masalah juga butuh teman
Untuk itu biarlah aku seorang
Pendamkan. Lagi


Ciputat, 08 Agustus 2015

Sekali Saja




Tak ada yang membenci hidup
Dengan segala pelik yang mencumbu
Dengan semua benang yang mengusut
Serta makian yang beranjak memungut

Dan begitu aku
Hidup seperti di lilit belut
Membuatku bosan dengan segala pekat yang membuat otak nekat
Menjadikan semua serba boneka yang melepaskan penat

Aku tak membenci hidupku
Tentu sja tidak
Sebab Tuhan anugrahkan kedua orang tua lengkapku
Tapi, rasanya mereka menghambat nadiku

Aku terkecat
Pada semua masalah yang melilit fikirku
Sepuluh tahun!
Bukankah itu lama?

Oh...
Barangkali ada yang lebih
Menyangkal segala yang berfikir
Mengira aku orang asing

Aku muakkkkk ...
Aku muaaakkkk ...

Muak dengan hidup yang terlalu mengekang
Membuatku berfikir ulang
Membuatku berasa mati tertekan
Membuatku lagi-lagi kekang

Aku ingin baik saja
Sekali saja
Bernafas dalam jeda lama
Ya, sekali saja


Ciputat, 08 Agustus 2015