Senin, 29 September 2014

Maaf

Sekali lagi kau tanyakan tentang perasaanku. Meminta kebenaran dariku, menjawab dengan jujurku. Namun, akankah kau membenciku dengan apa yang nanti ku berikan padamu? Aku terlalu takut membuatmu rapuh. Terlalu jahat jika ku katakan semuanya padamu. Namun seperti katamu, cinta itu tidak bisa dipaksakan. Dan, aku merasakan hal yang sama. Aku tidak bisa memaksakan perasaanku padamu.

"Aku ingin mendengar jawabanmu. Sekali lagi aku ingin mendengarnya," ulangmu padaku malam itu.
Aku kembali menarik napas. Mengumpulkan semua kekuatanku. "Aku tidak mencintaimu, maaf." Yah, aku tidak mencintaimu meskipun kau terus memaksaku dengan perasaanmu yang terpendam selama enam tahun dulu.
"Benarkah?" ulangmu, ingin meyakinkan jawabanku.
"Aku mencintai laki-laki lain. Namun aku telah memutuskan untuk tidak menjalin hubungan lebih dekat layaknya pasangan lain. Aku lebih memilih berjalan apa adanya," terangku padanya. Jujur itu lebih baik walaupun menyakitkan.
"Maafkan aku karna telah menggangumu bekalangan ini. Maafkan aku dengan perasaanku yang mengganggumu. Tapi, dengarlah, aku benar-benar tidak bisa melupakanmu." Ia berhenti sejenak. Aku tau seperti apa perasaannya saat ini. "Baiklah, mulai saat ini aku akan mencoba melupakanmu."
Beberapa menit aku diam. Membiarkan fikiranku mencari jawaban yang benar. "Carilah yang lebih baik dibandingku. Yang bisa membahagiakanmu dan kaupun bahagia bersamanya. Dan, maafkan aku telah mengecewakanmu."
"Tidak perlu minta maaf," suara itu makin rendah. "Akulah yang minta maaf. Dan trimakasih atas waktumu."

Aku tau bagaimana rasanya kecewa, tapi setidaknya aku sudah jujur pada diriku sendiri. Bahwa cinta itu tidak bisa dipaksakan.




Tidak ada komentar: