Masihkah kau ingat sisa hujan kemaren sayang?
Saat itu kita memijaki aspal yang kokoh
Dan gemercik air menepis gelang kakiku
Jua cipratannya mengenai sisi rok panjangku
Apa kau masih ingat sisa hujan kemaren sayang?
Saat jemarimu meraihku
Lalu menggengamku tanpa ekspresi kaku
Aku tau kau tak ingin melepasku
Hujan Januari yang kita lalui malam itu
Dengan sorotan lampu jalanan
Serta malam yang kian berajak pagi
Merekat pelukan hangat secangkir kopi
Namun kenyataannya, hujan kali ini hanya sebatas bayang semu |
Katamu di hujan itu seolah melepas penat yang
tersisa di sesak napasku
Mari, akan kuantarkan kau kepelabuhan
Kuajari bagaimana namanya bergaul dengan hujan
Serta meringkuhnya bersama angan
Aku di sampingmu menyapu kembali gerimis hujan yang
kian pekat
Kusampaikan seonggok sapa
Diamlah hujan jangan berhenti basahi jalangnya malam
Agar kutetap merengkuh sosok kekasih yang
menghangatkan kekosongan
Dan hujanpun hilang
Seiring panas yang kian datang
Kau rajut kembali genggaman
Bersama menerobos pagi yang kian menyisakan hangat
bersama pelukan
Jakarta, 09 Feb’15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar