Senin, 16 Februari 2015

Trimakasih



Ah gila!
Hatiku seperti di cabik-cabik, di hunus pisau lalu di garamin dan di taburi jeruk nipis. Menyakitkan sekali...
Kau datang seperti malaikat namun berjiwa iblis. Setelah kau tau aku mulai menghabiskan sisa kepingan keseriusanku lalu berlahan kau jatuhkan jiwaku menjadi batu. Dan bodohnya aku karna kelemahanku. Aku menerima tawaran indahmu, tawaran laksana kilau di perempatan jalan yang sempit kemudian menarikku di hidupmu. Lalu apa yang terjadi? Kau jatuhkan aku.

Aku gila!
Ya gila! Seperti pengemis yang mencari-cari sisa bekas makanan pada seonggok sampah. Setelah kudapatkan malah menajadi racun yang menakutkan. Ya, aku mati, hampir mati dengan segala airmata yang tersisa jua berlebih. Hidupku seperi bayangan dalam dirimu. Menampilkan semua alur yang kau setting sesuai keinginanmu. Kau puas?

Aku memaafkanmu!
Percayalah! Aku memaafkanmu. Memaafkan dengan rasa cinta yang masih bertahan di hatiku. Memaafkan dengan segala rasa cinta yang masih melekat di hatiku. Tentu saja! namun jika kembali dan menjadikan keadaan lebih baik aku tak bisa. Sungguh, aku tak mampu. Seekor keledaipun tak ingin jatuh ke lobang yang sama untuk ke dua kali. Aku rasa kau paham itu.

Aku melepaskanmu hari ini...
Melepaskanmu bukan karna aku tak cinta. Tentu saja aku sangat mencintaimu. Namun aku ingin kau bahagia dengan sosok yang bisa membuatmu bertahan. Bukan denganku, ya tentu saja bukan aku. Karna aku tidak ingin menjadi beban dalam langkah pencarianmu. Maka pergilah! Pergilah dengan wanita yang mencintaimu. Pergilah dengan wanita yang telah meraih lenganmu di sana. Maafkan atas apa yang pernah kuperbuat. Atas sikapku yang keras, atas watakku yang hanya ingin kau menjadi milikku tanpa ada kedua, ketiga atau lainnya. Maafkan aku...

Aku mencintaimu...
Sungguh! Namun biarlah cinta yang kumiliki kurekat erat di hatiku sebagai kenangan sisa air mata semalam. Trimakasih laki-laki dengan tawa yang renyah. Trimakasih untuk hal apapun itu.


Jakarta, 16 Feb’15


Tidak ada komentar: