Ah gila!
Hatiku seperti di
cabik-cabik, di hunus pisau lalu di garamin dan di taburi jeruk nipis.
Menyakitkan sekali...
Kau datang seperti
malaikat namun berjiwa iblis. Setelah kau tau aku mulai menghabiskan sisa
kepingan keseriusanku lalu berlahan kau jatuhkan jiwaku menjadi batu. Dan
bodohnya aku karna kelemahanku. Aku menerima tawaran indahmu, tawaran laksana
kilau di perempatan jalan yang sempit kemudian menarikku di hidupmu. Lalu apa
yang terjadi? Kau jatuhkan aku.
Aku gila!
Ya gila! Seperti
pengemis yang mencari-cari sisa bekas makanan pada seonggok sampah. Setelah
kudapatkan malah menajadi racun yang menakutkan. Ya, aku mati, hampir mati
dengan segala airmata yang tersisa jua berlebih. Hidupku seperi bayangan dalam
dirimu. Menampilkan semua alur yang kau setting sesuai keinginanmu. Kau puas?
Aku memaafkanmu!
Percayalah! Aku
memaafkanmu. Memaafkan dengan rasa cinta yang masih bertahan di hatiku.
Memaafkan dengan segala rasa cinta yang masih melekat di hatiku. Tentu saja!
namun jika kembali dan menjadikan keadaan lebih baik aku tak bisa. Sungguh, aku
tak mampu. Seekor keledaipun tak ingin jatuh ke lobang yang sama untuk ke dua
kali. Aku rasa kau paham itu.
Aku melepaskanmu hari
ini...
Melepaskanmu bukan
karna aku tak cinta. Tentu saja aku sangat mencintaimu. Namun aku ingin kau
bahagia dengan sosok yang bisa membuatmu bertahan. Bukan denganku, ya tentu
saja bukan aku. Karna aku tidak ingin menjadi beban dalam langkah pencarianmu.
Maka pergilah! Pergilah dengan wanita yang mencintaimu. Pergilah dengan wanita
yang telah meraih lenganmu di sana. Maafkan atas apa yang pernah kuperbuat.
Atas sikapku yang keras, atas watakku yang hanya ingin kau menjadi milikku
tanpa ada kedua, ketiga atau lainnya. Maafkan aku...
Aku mencintaimu...
Sungguh! Namun biarlah
cinta yang kumiliki kurekat erat di hatiku sebagai kenangan sisa air mata
semalam. Trimakasih laki-laki dengan tawa yang renyah. Trimakasih untuk hal
apapun itu.
Jakarta, 16 Feb’15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar