Minggu, 04 Oktober 2015

Selamat pagi, sayang.




"Selamat pagi, sayang."

Kukecup kening laki-laki yang sedang berbaring di sampingku. Ia menggerang, masih memejamkan mata. Kuelus rambutnya yang ikal. Lagi-lagi hanya gerakan dari tubuhnya yang manja. Aku tersenyum menatapnya. Sedikit kugeser tubuhku mendekatinya kemudian kudekap tubuhnya erat. Kali ini ia membuka mata menatapku lalu membalas pelukanku.

"Pagi juga, sayang," jawabnya tersenyum.

Aku sedikit tertawa. "Tidurmu nyenyak yah? Bangunnya ajah kesiangan."

"Oh yah? Emang udah jam berapa?"

"Sepuluh, sayang," bisikku nakal di telinganya.

"Masih pagi dan aku masih ingin menghabiskan waktu bersamamu." Ia menarik tubuhku kepelukannya.

"Kamu masih ngantuk? Gak lapar?" tanyaku berpura-pura.

Ia menggeleng. "Aku gak lapar. Aku maunya kamu." Matanya mengernyit manja.

"Serius?"

Tak ada jawaban. Sosoknya sudah melabuhkanku kedalam kehangatannya yang bisu. Aku tak bergerak. Rasanya urat syarafku berjalan tak sesuai aturan. Saling berbentur bersama magnet elastis. Membuat tubuhku terbujur lemas dan tak berdaya. Rasanya nikmat sekali bahkan untuk seumur hidupku ini pertama kalinya aku merasakan apa yang disebut relaksasi keindahan tanpa ada jeda-jeda yang bergantungan. Yang ada hanya sindrom kenikmatan tanpa satupun yang bisa kuucapkan. Tubuh seperti terhempas kedalam aliran sungai yang tak berpenghujung. Lalu berhenti di muara yang tak berpenghuni. Hanya berdua dan tetap selamanya.

"I love you," bisiknya lembut di telingaku.

Aku menggeliat manja.




Ciputat, 06 Okt'15 (11:45)

Tidak ada komentar: