“Karna bagimu, sebuah kado lebih
berharga di banding sebuah tar dan lilin.”
Satu
kalimat yang baru saja melewati dinding facebookku. Kalimat yang aku sendiri
tak mamu mengejanya. Aku tau, kalimat itu hanya sebuah lampiasan dan amarah
yang sengaja diluapkan olehnya untuk sekedar menenang hati yang sedah gundah.
Ya, dia berusaha membuka kembali rasa perihnya yang sebenarnya sudah lama di
pendamnya sendiri. Dan akhirnya rasa itu mencuat melabuhkan rasa kesal. Bukankah
sehari sebelum hari ini semuanya baik-baik saja? Bahkan sebuah kalimat yang
indah melintas di akun Path ku, begini katanya pada sang kekasih.
“Selamat ulang tahun sayang, semoga Allah
slalu memberi kebahagiaan dan melimpahkan barokah untukmu.”
Lalu
ada apa dengannya lagi? Ingin sekali ku tanyakan mengapa? Namun sebuah fikiran
yang tiba-tiba melitas di benakku memasaku untuk tetap diam. Ah, aku lagi-lagi
tak bisa diam. dan sebuah pesan ku irim melalui BBM.
“Lu
kenapa lagi si, Ndro?” tanyaku penasaran. Ndro—nama unik yang sengaja kuberikan
untuknya.
“Gue
masih kesal.”
Aku
tau dia masih marah dengan perlakuan pacarnya semalam. Lagi-lagi karna salah
paham atau mungkin jiwanya yang masih labil terlalu di utamakan hingga dia
berhadapan dengan masalah.
“Bentar
lagi kak Rohib pulang loh ke Riau?” Sengaja kububuhkan kata’pulang’ di akhir
kalimatku. Berharap dia kembali tenang.
“Biarin
aja, Ly. Gak apa-apa.”
Tuh
kan! Indro- nama lengkapnya Indriasari dewi yang sering di panggil Indri oleh
teman-temanku yang lainnya malah biasa saja. Tidak seperti biasanya, kata
‘pulang’akan membuatnya galau berat.
“Entar
nyesal loh!” Ah, kenapa aku malah ikut mengompori?
“Ah,
biarin! Itu urusan belakang,” tambahnya sewot.
“Gue
suka gaya lu In, lu kembali kaya dulu.”
“Kaya
dulu? Emang dulu gue kaya gimana?”
Aku
berhasil membuka satu sikaf yang membuatnya berubah setelah mengenal pacarnya.
Satu sikaf cuek dan acuh yang dulu tidak pernah di milikinya. Dan kini, Indri
kembali. Kembali menjadi dirinya sendiri dan mengatakan masa bodoh dengan
masalah yang terjadi dengannya. Tapi, ah, aku tau dia. Aku tau bagaimana perasaannya
sekarang. Aku tau bagaimana dan apa yang terjadi dengannya. Bagaimana
perasaannya, kecewanya dan rasa kesalnya.
Indri,
aku yakin sebenarnya dia masih bimbang dengan dirinya sendiri. Namun aku
berharap keputusannya tepat untuk kali ini.
Jakarta, 28 Okt'14
About my friend (True Story)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar