Kamis, 27 November 2014

Amarah (Lagi)


            “Karna bagimu, sebuah kado lebih berharga di banding sebuah tar dan lilin.”

            Satu kalimat yang baru saja melewati dinding facebookku. Kalimat yang aku sendiri tak mamu mengejanya. Aku tau, kalimat itu hanya sebuah lampiasan dan amarah yang sengaja diluapkan olehnya untuk sekedar menenang hati yang sedah gundah. Ya, dia berusaha membuka kembali rasa perihnya yang sebenarnya sudah lama di pendamnya sendiri. Dan akhirnya rasa itu mencuat melabuhkan rasa kesal. Bukankah sehari sebelum hari ini semuanya baik-baik saja? Bahkan sebuah kalimat yang indah melintas di akun Path ku, begini katanya pada sang kekasih.

            “Selamat ulang tahun sayang, semoga Allah slalu memberi kebahagiaan dan melimpahkan barokah untukmu.”

            Lalu ada apa dengannya lagi? Ingin sekali ku tanyakan mengapa? Namun sebuah fikiran yang tiba-tiba melitas di benakku memasaku untuk tetap diam. Ah, aku lagi-lagi tak bisa diam. dan sebuah pesan ku irim melalui BBM.

            “Lu kenapa lagi si, Ndro?” tanyaku penasaran. Ndro—nama unik yang sengaja kuberikan untuknya.

            “Gue masih kesal.”

            Aku tau dia masih marah dengan perlakuan pacarnya semalam. Lagi-lagi karna salah paham atau mungkin jiwanya yang masih labil terlalu di utamakan hingga dia berhadapan dengan masalah.

            “Bentar lagi kak Rohib pulang loh ke Riau?” Sengaja kububuhkan kata’pulang’ di akhir kalimatku. Berharap dia kembali tenang.

            “Biarin aja, Ly. Gak apa-apa.”

            Tuh kan! Indro- nama lengkapnya Indriasari dewi yang sering di panggil Indri oleh teman-temanku yang lainnya malah biasa saja. Tidak seperti biasanya, kata ‘pulang’akan membuatnya galau berat.

            “Entar nyesal loh!” Ah, kenapa aku malah ikut mengompori?

            “Ah, biarin! Itu urusan belakang,” tambahnya sewot.

            “Gue suka gaya lu In, lu kembali kaya dulu.”           

            “Kaya dulu? Emang dulu gue kaya gimana?”

            Aku berhasil membuka satu sikaf yang membuatnya berubah setelah mengenal pacarnya. Satu sikaf cuek dan acuh yang dulu tidak pernah di milikinya. Dan kini, Indri kembali. Kembali menjadi dirinya sendiri dan mengatakan masa bodoh dengan masalah yang terjadi dengannya. Tapi, ah, aku tau dia. Aku tau bagaimana perasaannya sekarang. Aku tau bagaimana dan apa yang terjadi dengannya. Bagaimana perasaannya, kecewanya dan rasa kesalnya.

            Indri, aku yakin sebenarnya dia masih bimbang dengan dirinya sendiri. Namun aku berharap keputusannya tepat untuk kali ini.

            



Jakarta, 28 Okt'14 

About my friend (True Story)

Tidak ada komentar: